Home
news
FH UWM Kenalkan Mahasiswa pada Kebudayaan dan Hukum Adat Tengger

FH UWM Kenalkan Mahasiswa pada Kebudayaan dan Hukum Adat Tengger

news Sabtu, 2024-07-27 - 20:47:47 WIB

Fakultas Hukum (FH) Universitas Widya Mataram (UWM) melakukan kunjungan ke Desa Adat Ngadas pada Senin (22/07/2024). Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Praktik Latihan Kemahiran Hukum (PLKH) yang melibatkan 113 mahasiswa semester 6, serta Dekan, Wakil Dekan, beberapa dosen, dan tenaga kependidikan. Perjalanan menuju Desa Adat Ngadas yang terletak di ketinggian sekitar 2.100 meter di atas permukaan laut memberikan pengalaman yang luar biasa. Desa ini menawarkan pemandangan alam yang memanjakan mata dengan ladang tanaman sayuran yang membentang sejauh mata memandang.

Kedatangan rombongan dari FH UWM disambut hangat oleh Bapak Kastaman, Kepala Desa yang juga dikenal sebagai Kipetinggi, dan Romo Dukuh Sasmito, seorang tetua adat. Dalam sambutannya, Kastaman menjelaskan berbagai adat dan kebiasaan masyarakat adat Ngadas yang mayoritas memeluk agama Hindu. “Ketika ada tamu yang datang di Desa ini, apapun agamanya harus mengucapkan salam ‘hong ulun basuki langgeng’ yang merupakan salam adat Tengger, yang artinya semoga tetap dalam perlindungan atau keselamatan dari yang kuasa, sedangkan jawabannya, langgeng basuki,” terangnya.

Kastaman juga menekankan pentingnya prinsip kedamaian di Tengger yang memegang empat prinsip catur guru bekti, yakni Tuhan Yang Maha Esa, orang tua, guru, dan pemerintah. “Meskipun 99% masyarakat Tengger beragama Hindu, kami tidak membeda-bedakan kasta. Hal ini berbeda dengan yang ada di Bali,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Romo Dukuh Sasmito menjelaskan bahwa masyarakat Tengger hidup dalam kenyamanan dan kerukunan, serta jauh dari kejahatan karena segala urusan dikembalikan ke adat istiadat Jawa. “Patuh terhadap kebijakan Kepala Adat karena takut hukum karma pala,” ungkapnya.

Mahasiswa FH UWM sangat antusias dalam kegiatan tersebut. Salah satu mahasiswa yang aktif dalam diskusi tanya jawab adalah Suratman. Ia bertanya apakah masyarakat Tengger merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit. “Masyarakat Tengger bukanlah bagian dari Kerajaan Majapahit. Jika ada masyarakat Tengger yang masuk ke Majapahit mungkin saja ada, tapi Tengger jauh lebih dahulu ada sebelum Majapahit,” jelas Romo Dukuh Sasmito, yang bangga karena keempat anaknya telah meraih gelar sarjana.

Dekan FH UWM, Dr. Hartono, S.E., S.H., M.Hum. turut mengapresiasi sambutan dan pelajaran yang diberikan oleh masyarakat Desa Adat Ngadas. “Kunjungan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa kami. Mereka tidak hanya belajar tentang hukum adat, tetapi juga merasakan langsung kebudayaan yang kaya dan harmonis di sini,” ujarnya.

Kunjungan ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada para mahasiswa mengenai penerapan hukum adat di masyarakat serta memperkaya pengalaman belajar mereka di lapangan.

©HumasUWM


Share Berita