Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta menggelar Webinar Nasional bertajuk “Peran Generasi Muda dalam Inovasi Bisnis Berbasis Budaya” pada Senin (24/11)melalui aplikasi Zoom Meeting. Kegiatan ini menghadirkan sejumlah akademisi dan praktisi ekonomi dari berbagai perguruan tinggi nasional, dengan tujuan memperkuat literasi bisnis budaya di kalangan generasi muda Indonesia.
Salah satu pemateri yaitu Dr. Hadi Purnomo, S.E., M.M., Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Immanuel. Dalam paparannya, ia menegaskan bahwa budaya memiliki peran strategis bagi pembangunan ekonomi kreatif sekaligus menjadi sumber lahirnya inovasi nasional.
Dr. Hadi menyampaikan bahwa kekayaan budaya Indonesia tidak hanya dipahami sebagai identitas, melainkan juga sebagai peluang ekonomi bernilai tinggi. Menurutnya, budaya harus menjadi sumber kreativitas, pembeda di pasar global, serta landasan bagi inovasi berkelanjutan pada industri nasional.
Dalam forum tersebut, Dr. Hadi memaparkan konsep resource orchestration, sebuah teori manajerial yang menjelaskan bagaimana organisasi dapat mengombinasikan sumber daya dan kapabilitas untuk mencapai kinerja unggul. Melalui pendekatan tersebut, pengetahuan dianggap sebagai elemen penting dalam proses inovasi, sehingga manajemen sumber daya berbasis pengetahuan knowledge-based orchestration perlu diterapkan secara sistematis untuk mendorong percepatan inovasi budaya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa orkestrasi berbasis pengetahuan terjadi melalui sinergi antara kapabilitas operasional dan kapabilitas dinamis, atau sering disebut dynamic bundles. Sinergi tersebut, menurutnya, dapat menjadi respons organisasi terhadap perubahan lingkungan yang dinamis, khususnya pada sektor industri kreatif budaya yang terus berkembang.
Pada aspek peran sosial, Dr. Hadi menegaskan bahwa generasi muda merupakan aktor sentral dalam transformasi budaya. Ia menyebutkan bahwa kaum muda dapat berperan tidak hanya sebagai pelestari dan penerus nilai budaya, tetapi juga sebagai inovator, digital storyteller, pelaku usaha budaya, dan kolaborator yang menghubungkan berbagai aktor dalam ekosistem ekonomi kreatif.
Pengembangan inovasi budaya, lanjutnya, perlu diarahkan pada sektor modern, seperti batik dan tenun kontemporer, kuliner tradisional premium, musik etnik modern, kerajinan kreatif, serta wisata budaya berbasis digital. Inovasi tersebut diharapkan memberikan dampak ekonomi berupa penambahan nilai dan penciptaan lapangan kerja, dampak sosial berupa peningkatan rasa bangga terhadap identitas bangsa, serta dampak budaya melalui upaya pelestarian dan revitalisasi warisan lokal.
Sebagai penutup, Dr. Hadi menegaskan bahwa generasi muda harus menjadi penggerak orkestrasi budaya di masa depan. Ia menyampaikan bahwa kolaborasi antara kreativitas, teknologi, dan nilai budaya merupakan fondasi penting bagi penguatan inovasi nasional. Dengan demikian, budaya tidak hanya dilestarikan, tetapi sekaligus dimanfaatkan sebagai kekuatan ekonomi yang strategis bagi Indonesia.