Home
news
Bangun Semangat Multidisiplin, Seminar Nasional Fisipol UWM Dorong Kolaborasi untuk Solusi Sosial Adaptif

Bangun Semangat Multidisiplin, Seminar Nasional Fisipol UWM Dorong Kolaborasi untuk Solusi Sosial Adaptif

news Selasa, 2025-10-21 - 08:49:41 WIB

Dalam rangka Dies Natalis ke-43, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta menggelar Seminar Nasional bertema “Memetakan Ulang Pembangunan Sosial dengan Pendekatan Multidisiplin” dalam Seminar Nasional bertema “Pengembangan Pendekatan Multidisiplin dalam Pemecahan Masalah Sosial di Masyarakat” yang digelar di Pendopo Agung Kampus Terpadu UWM pada Selasa (14/10). Kegiatan ini menghadirkan narasumber Puji Qomariyah, S.Sos., M.Si., sebagai pembicara yang menekankan pentingnya perubahan pola pikir dari linier menuju multidisiplin untuk menghadapi kompleksitas permasalahan sosial di era digital.

Puji menyampaikan bahwa dunia saat ini tidak lagi bersifat linier, sehingga solusi terhadap berbagai persoalan sosial juga tidak bisa tunggal. “Masalah sosial di Indonesia tidak dapat diselesaikan hanya dengan teori sosial semata. Diperlukan keterlibatan berbagai bidang seperti ekonomi, teknologi, kesehatan, psikologi, hingga rekayasa teknik,” ujarnya. Menurutnya, pendekatan multidisiplin menjadi kunci untuk menciptakan solusi yang lebih adaptif dan kontekstual.

Lebih lanjut, Puji menyoroti perlunya transformasi paradigma pendidikan tinggi yang selama ini masih menekankan pada linieritas ijazah. Sistem pendidikan yang terlalu kaku terhadap kesesuaian jurusan dan gelar, katanya, justru menjadi penghambat inovasi. “Linieritas menutup ruang kolaborasi dan menghambat kreativitas dosen maupun mahasiswa. Dalam era Society 5.0, kita dituntut menjadi interdisciplinary thinkers, bukan sekadar degree holders,” tegasnya yang juga Dosen Program Studi Sosiologi Fisipol UWM ini.

Melalui kegiatan ini, Fisipol UWM mengajak sivitas akademika untuk membangun ekosistem riset multidisiplin. Pendekatan Triple Helix yang melibatkan sinergi antara universitas, pemerintah, industri, dan masyarakat dinilai penting dalam memperkuat basis inovasi sosial. Puji mendorong agar kampus menjadi pusat lahirnya kebijakan sosial berbasis riset dan kolaborasi, antara lain melalui penerbitan jurnal multidisiplin, hibah kolaboratif, dan open access hasil penelitian.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya co-creation model, yaitu melibatkan masyarakat sejak tahap awal penelitian agar riset tidak hanya dilakukan untuk masyarakat, tetapi bersama masyarakat. “Masalah sosial adalah ruang belajar kolaboratif. Riset terbaik bukan yang hanya dipublikasikan, tetapi yang mengubah kehidupan,” tambahnya.

Puji juga memberikan rekomendasi konkret bagi dunia pendidikan, antara lain mengembangkan laboratorium multidisiplin di kampus, mendorong proyek sosial lintas program studi, serta mengintegrasikan riset dengan kebutuhan industri dan kebijakan lokal. Ia menegaskan, “Ilmu bukan menara gading, tapi jembatan perubahan.”

Dalam penutupnya, ia mengajak seluruh civitas akademika untuk berani keluar dari sekat-sekat disiplin ilmu dan menjadikan ilmu sebagai sarana nyata bagi transformasi sosial. “Menganyam ilmu berarti menenun masa depan dari linier menuju lintas batas, dari teori menuju aksi sosial, dari riset menuju perubahan nyata. Guyub, sinergi lan migunani tumraping liyan,” pungkasnya.


Share Berita