Budaya dan perilaku boros sangat merugikan kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Boros dapat dimaknai membelanjakan harta tanpa memiliki manfaat. Orang yang boros biasanya membeli barang-barang tanpa perhitungan, bahkan banyak yang menjadi sampah belaka.
Wakil Rektor III Dr. Jumadi, SE., MM dalam acara buka puasa bersama pada Senin (20/5/2019) menyampaikan hal diatas dihadapan para pejabat Fakultas Ekonomi (FE) dan Badan Eksektuif Mahasiswa (BEM) FE di ruang Auditorium FE.
“Bagi Umat Islam, Bulan Ramadhan mestinya menjadi bulan untuk lebih berhemat, namun kenyataanya berbanding terbalik, justru Bulan Ramadhan bagi sebagian umat islam menjadi lebih boros karena konsumsi justru lebih meningkat”, terang Jumadi.
Kenyataan lain bahwa pada saat membeli produk, menurut Jumadi kebanyakan konsumen berdasarkan motif gengsi, emosi dari pada fungsi. Padahal Allah tidak suka dengan prilaku boros, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Isro:27 yang menjelaskan sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, lanjut Jumadi, dapat dipastikan bahwa teori ekonomi mengadopsi Al Qur’an karena dalam teori ekonomi membahas prinsip-prinsip ekonomi, motif ekonomi sampai akhirnya bertindak ekonomi yang mana dalam kaca mata manajemen dimaknai efektif dan efisien.
Beberapa cara praktis juga disampaikan Jumadi untuk melawan perilaku boros yakni melalui pendekatan spiritual, ekonomi dan manajemen. Pendekatan spiritual dilakukan dengan cara membenci perilaku setan, berbuat tidak untuk kesombongan, takut siksa api neraka, menghindari berlebihan air sekalipun dalam berwudhu, mengamalkan hidup sederhana, dan membelanjakan harta di jalan Allah. Sementara pendekatan ekonomi dan manajemen dilakukan dengan beberapa cara diantaranya membuat perencanaan keuangan keluarga, menambah tabungan, mengurangi belanja, membeli produk sesuai kebutuhan bukan menuruti keinginan.
©HumasWidyaMataram