Suara pemuda dan pemilih pemula sangat menentukan dalam Pemilu 2024 mendatang. Karena memiliki pengaruh dalam pemilu, kalangan pemilih pemula diharapkan kritis dan cerdas. Sikap ini diperlukan agar Pemilu 2024 menghasilkan pemimpin yang berkualitas. Baik yang duduk di eksekutif maupun legislatif. Demikian disampaikan SL Harjanta, Dosen Program Studi (Prodi) Administrasi Publik (AP) Universitas Widya Mataram (UWM) pada Senin (24/7) di Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UWM.
Harjanta, yang juga merupakan Ketua Program Studi (Kaprodi) AP UWM ini kemudian mengurai sikap kritis dan cerdas dalam Pemilu 2024. Pertama, pemilih harus tahu siapa yang dipilih, kedua mengetahui visi misi kandidat maupaun partai politik (parpol), ketiga mengetahui track record kandidat.
“Dalam hal track record ini, pemilih perlu melihat apakah kandidat memiliki rekam jejak, misalkan pernah memperjuangkan kepentingan pemuda atau tidak. Dalam bagian ini juga bisa dilihat apakah kandidat memiliki integritas,” bebernya.
Hal senada telah disampaikan Harjanta di hadapan peserta sosialisasi menjadi pemilih kritis dan cerdas yang berlangsung di Kemantren Umbulharjo, pada Selasa (27/6), belum lama ini. Sikap kritis dan cerdas keempat adalah datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk menggunakan hak suara. Tak hanya sampai di situ, setelah menggunakan hak suara, pemilih harus mengawal atau mengawasi kinerja kandidat yang berhasil terpilih. Di tempat tersebut, Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Umbulharjo, Eddy Nofianto mengatakan, pemuda diminta untuk menggunakan hak pilihnya saat Pemilu 2024 mendatang. “Dengan menggunakan hak pilihnya, maka pemuda ikut menentukan pemimpin hingga masa depan bangsa dalam 5 tahun ke depan,” ungkap Eddy.
Selain sikap kritis dan cerdas dalam Pemilu 2024, Harjanta juga membeberkan sejumlah problem dalam penyelenggaran pemilu. “Masalah sosial, struktural hingga finansial merupakan warna dalam pemilu,” tutupnya.
Humas@UWM