Program Studi (Prodi) Arsitektur Universitas Widya Mataram (UWM) bekerja sama dengan Holcim Foundation dan Yogyakarta Young Architect Forum (YYAF) menggelar workshop bertajuk "Adaptive Reuse in Indonesia" di Pendopo nDalem Mangkubumen Kampus 1 UWM pada Jumat (26/7/2024) sore. Workshop ini menghadirkan narasumber seperti Yulius Agung Wijaya dari Head of Conservation Laboratory of Kraton Yogyakarta Hadiningra, Ar. Padmana Grady Prabasmara, S.T., M.Sc, IAI selaku Dosen Prodi Arsitektur UWM, dan Ar. Eko Cahyo S. IAI HDII dari Esca Studio.
Yulius menjelaskan bahwa nDalem Mangkubumen awalnya berfungsi sebagai rumah bagi Putra Mahkota sebelum masuk ke Keraton Yogyakarta sebagai Sultan. Yulius menekankan pentingnya mempertahankan aspek-aspek kosmologi meskipun ada perubahan fungsional di masa depan. "Ketika perubahan fungsional terjadi di masa depan yang berdampak pada berbagai elemen arsitektur, aspek-aspek kosmologi ini perlu untuk dipertahankan," ujar Yulius. Beliau juga menambahkan bahwa area dalam Keraton Yogyakarta akan dikembalikan ke fungsi semula untuk menjaga keaslian dan nilai historisnya. Langkah ini sesuai dengan penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta oleh UNESCO.
Sementara itu, Grady menerangkan perubahan fungsi nDalem Mangkubumen yang awalnya merupakan rumah bagi Putra Mahkota, berubah menjadi pusat belajar Universitas Gadjah Mada (UGM), dan sekarang menjadi Kampus UWM. Grady juga menjelaskan bangunan telah mengalami sedikit perubahan untuk menunjang fungsi baru, seperti contohnya adalah bangunan Gedong Inggil. "Bangunan nDalem Mangkubumen mengalami beberapa perubahan, namun bisa beradaptasi melaksanakan fungsi-fungsi yang berubah dari awal dibangun hingga sekarang," tambahnya.
Di sisi lain, Eko membahas rumah-rumah berbentuk limas dan joglo di Jawa Tengah dan Yogyakarta yang mulai menghilang seiring waktu karena urbanisasi. Tetapi, masih ada arsitek yang ingin melestarikan bentuk bangunan asli daerah seperti joglo dengan sentuhan modern. Bangunan vernakular saat ini memiliki fungsi baru seperti museum, guest house, atau tempat rekreasi lainnya. Eko juga menekankan pentingnya menggunakan bahan bangunan yang tahan dengan cuaca tropis. "Bangunan vernakular memiliki fungsi baru di masa sekarang. Karena itu diperlukan bahan bangunan yang tahan dengan iklim tropis di Indonesia," ujarnya.
Workshop ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai negara, termasuk Korea Selatan, Italia, Ekuador, dan Singapura. Acara ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan inspirasi bagi mahasiswa arsitektur tentang pentingnya mempertahankan dan mengadaptasi bangunan bersejarah untuk fungsi-fungsi modern tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya dan sejarah yang ada.
©HumasUWM